Bismillah walhamdulillah…
Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad, wa asyghiliz dholimin min dholimin, wa akhrijna min bayni min saalimin, wa ala’alihi wa sahbihi ajma’in…
Seringkali terpeleset sikap dan lisan kita dalam pergaulan, baik di depan mata, maupun di depan layar telepon genggam saat bermedsos. Subhanallah, amat sering kita lalai tatkala ingin berbagi informasi, namun berubah menjadi komentar sinis atau pun kalimat mengandung cacian. Bahkan sering kali ada aib-aib yang sadar atau tak sadar telah diumbar hingga seisi bumi dapat menyaksikan hal itu. Astaghfirullah…
#Reflection…
Umar bin al-Khaththab ra. pernah berkata, “Hisablah dirimu sebelum engkau dihisab (pada hari kiamat).”
Sebuah perkataan yang patut ditempel di dinding-dinding kamar kita atau kalau perlu diukir selalu di depan cermin agar diri ini berkaca setiap hari.
Ucapan yang singkat saja namun mendalam…. Penuh makna✍🏻.

Pada zaman tatkala orang-orang gampang membanggakan diri sendiri—merasa baik dalam beramal dan berkualitas hanya karena jumlah like dan followers medsos banyak, misalnya— maka mengoreksi dan menghisab diri sendiri barangkali adalah hal teramat mahal.
Sungguh mengerikan apalagi tatkala pandemic wabah covid19 kian parah, variasi dan modus kejahatan meningkat, begitu mudah viral sana-sini muslim dan muslimah berjoget dan membuka aurat dengan candaan sumbang, begitu gampang urusan sopan-santun antara suami istri menjadi bualan di berbagai obrolan. Bahkan jumlah perceraian tetap meningkat, pelacuran perjudian on-line tetap menjalankan bisnis laknat tersebut. Na’udzubillahiminzaliik…
Ramadan mulia ini, Mari menyingkir dari keriuhan dunia maya, menyendiri di masjid (dengan kondisi lockdown : Rumahku Masjidku), di dalam keheningan sepertiga malam. Lalu menundukkan kepala dan menangis seraya merenungkan baik-baik, bahwa diri ini banyak salah, banyak dosanya, sedikit amalnya, dan yang sedikit itu pun belum tentu Allah SWT terima. Ini perkara yang tidak mudah. Padahal amat penting dan perlu…
Wahai insan yang masih sempat bertaubat, wabah ini penuh hikmah. Penyakit oleh virus ini bisa disembuhkan. Namun jika kita kehilangan rasa malu sehingga merobek harga diri, maka jiwa raga akan rugi, sebab neraka Jahannam kelak menjadi tempat akhir nan kelam! Na’udzubillahiminzaliik…
Di antara cara-cara nan manfaat untuk bermuhasabah agar rasa malu terpelihara dalam diri adalah sebagai berikut :
1. Menyimak Riwayat-Riwayat orang sholeh terdahulu…
Dalam banyak ayat #Alquran, Allah menyebutkan pentingnya belajar dari sejarah, dari riwayat-riwayat orang terdahulu. Salah satunya dalam Surat Yusuf ayat 111, “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka (para Nabi dan umat terdahulu) terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” Baca, mari kita baca, renungkan bersama…
Bacalah buku-buku sejarah dan menangislah keras-keras mendapati kenyataan bahwa kita ini tidak lebih berharga daripada sebutir debu. Dalam kisah-kisah masa lampau ada orang yang berani mati demi menegakkan kalimat Allah SWT, ada ulama yang wafat karena mendengar ayat Alquran dan gemetaran saat murojaahnya saking takut dan khawatir akan dosa, ada kanak-kanak lelaki tujuh tahun sudah hafal Alquran, ada lelaki belasan tahun sudah jadi panglima jihad, dan hal lainnya yang jika disebutkan~ sudah sepantasnya membuat kita berniat ‘tutup muka’.
Jika hanya peduli diri sendiri, urusan perut nan rakus melulu, pergi saja ke laut. Kanan-kiri urusan berita sakaratul maut, alangkah rugi jika kita pura-pura buta tuli tanpa meraup berjuta hikmahNYA?!
Ibnu Mas’ud berkata, “Orang yang beruntung adalah orang yang bisa mengambil pelajaran dari (peristiwa yang dialami) orang lain.”
✍🏻
2. Perluas Pergaulan dan Wawasan …
Kadang seseorang lupa diri dan merasa diri spesial bukan karena ia betul-betul hebat, tapi karena lingkar pergaulannya kelewat sempit dan wawasannya terbatas.
Kalau pergaulan dan wawasan seseorang luas, maksudnya ia mengenal dan mengetahui banyak hal dan banyak orang – bukan orang-orang yang ‘lebih buruk’ darinya, tapi orang-orang yang ‘lebih baik’ darinya – niscaya tidak ada waktu untuk sok-sokan apalagi menyanjung diri sendiri. Kecuali jika ada kelainan jiwa dan untuk orang-orang seperti itu, biar saja tanah kuburan yang membuatnya sadar.
Jika seseorang bangga sudah hafalAlquran ketika berumur tujuh belas, misalnya, ketahuilah di Mauritania dan belahan bumi lainnya ada orang-orang yang belum akil baligh sudah mutqin hafal Alquran dan masih kanak-kanak sudah khatam banyak kitab lainnya, tapi mereka bersikap biasa-biasa saja.
Hal ini bisa dianalogikan dengan banyak hal lainnya. Semisal hal nyata di negeri antah-berantah, sertifikat ‘khataman Alquran’ dipakai untuk menambah keren rekomendasi kenaikan jabatan, berita blow-up sana-sini ‘tentang sudah khatam setoran hafalan Alquran’, padahal hafalan instant itu sudah terlupa semua, padahal ‘bacaan Alquran tajwid acak-acakan, di-tes murojaah sesuai setting-an drama di layar kaca supaya ‘rating media televisi tetap menjulang tinggi’, supaya ‘laris jualanan perlengkapan fashion selebritis dalam acara tersebut pula, Nastaghfirullah…
Intinya adalah bahwa ketika seseorang merasa baik dan bangga sekali seolah-olah tidak ada yang lebih hebat darinya, sosoknya menjadi ‘kurang pergaulan’. Sungguh ketahuilah di luar sana banyak orang lebih baik darinya. Tapi hal semacam ini tidak mungkin disadari kecuali bagi orang-orang yang mau membuka matanya lebih lebar untuk lebih banyak mengenal orang lain dan membaca buku. Bergurulah… dan terus belajar sampai akhir hayat…
️
3. Lupakan Segala Kebaikan, Lupakan pengorbanan kepada orang lain… Ingat-ingat saja Kesalahan diri…
(supaya #resep #Ikhlas ada dalam jiwa sepanjang hidup ini…)
Rumus hidup seorang mukmin adalah melupakan kebaikan diri sendiri dan memperbanyak mengingat kesalahan. Bersibuk #ngacadiri dan memperbaiki kualitas diri, sehingga tak sempat menyibukkan diri dengan urusan amalan orang lain.
Sebab dalam ayat-ayat #Alquran dan hadits-hadits, Allah SWT dan Rasul-Nya SAW hanya memuji orang-orang yang beramal shaleh, bukan orang yang mengingat-ingat amal salehnya; dan membenci orang-orang yang berbuat kerusakan, bukan orang-orang yang mengingat perbuatan ‘rusak kelirunya’ – justru mengingati keburukan sendiri akan mendatangkan pahala jika membuat diri menyesal dan terpacu untuk menjadi lebih baik.
Tambahan, mintalah bantuan ‘kaca’ senantiasa dear… Kaca bening itu adalah pasanganmu, orang tuamu, anak-anak, murid-muridmu, serta sahabat dekatmu, Masya Allah berbahagialah atas saran dan kritikan mereka nan mencintaimu.
#Catatan #Simpan sini… Ingatlah wahai nurani jiwa nan bersih, luruskan niat selalu, hanya orang-orang ikhlas yang dipantaskan oleh Allah SWT untuk meraih rahmatNYA serta keselamatan kelak di padang mahsyar.
#Alhamdulillah #shared with Love, Semoga Allah SWT menjaga dan melindungi kita, melimpahkan rasa malu sebagai penghias diri kita agar berbalut iman dan sikap istiqomah sampai akhir hayat, aaamiin Yaa Mujiibassa’iliin. Waullohu a’lam bisshowab.
✍🏻 @bidadari_Azzam, Kuala Lumpur 1441h. Ini adalah artikel lama juni 2019, dengan beberapa penambahan. Telah disampaikan beberapa kali dalam kultum dan tausiyah singkat di beberapa majelis ilmu.