Bismillah walhamdulillah…
Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad, wa asyghiliz dholimin min dholimin, wa akhrijna min bayni min saalimin, wa ala’alihi wa sahbihi ajma’in…
“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”(QS. Al-Baqarah [2] : 2)
“Lalu kenapa masih banyak orang yang membaca Al-Qur’an, tapi masih banyak di antara kita yang masih kelimpungan mencari petunjuk lain selain Al-Qur’an. Apanya yang salah?!”
Jawaban dari para gurunda adalah …
“Tidak ada yang salah bagi kita yang rajin dan pandai membaca Al-Qur’an, dan jika kita belum menemukan Al-Qur’an sebagai petunjuk, itu karena kita belum menunaikan hak-hak Al-Qur’an.”
Kadang kita terlalu sibuk menuntut Al-Qur’an sebagai ini dan itu, sementara hak-nya tidak pernah kita hiraukan.
“Al-Qur’an juga mempunyai hak atas kita, yang jika hak-hak Al-Qur’an itu kita tunaikan, insya Allah, kita akan benar-benar mendapati Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi kita, bahkan lebih dari itu, Al-Qur’an akan menjadi rahmat dan pemberi syafaat bagi kita di yaumil akhir nanti.”
Setidaknya ada lima hak Al-Qur’an yang harus kita tunaikan, yang pertama, hak Al-Qur’an atas kita adalah dibaca sesuai dengan ketentuan tajwid dan mahroj-nya.
Setelah kita bisa membaca Al-Qur’an, maka akan timbul hak Al-Qur’an yang kedua, yaitu memahami artinya, baik arti secara harfiah, maupun arti maknawi (tafsir)-nya.
Membaca Al-Quran itu bagaikan kita berbincang mesra dengan Allah SWT langsung, ada kenikmatan tersendiri dalam membacanya buat yang sudah regular dan komitmen menyediakan waktu kesehariannya Bersama Al-Quran. Meskipun tidak paham arti, hati pembacanya diilhamkan ilmuNya, dilimpahkan ketenangan oleh Allah SWT. Apalagi ketika sudah paham maknanya, MasyaAllah…
Fungsi saat benar-benar memahami apa arti bacaan Al-Qur’an, agar kita bisa melaksanakan apa yang terdapat dalam Al-Qur’an serta menjauhi apa yang dilarang Allah SWT seperti tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an.
Bagaimana mungkin kita bisa menjadikan teladan kisah-kisah bangsa terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an sementara kita tidak mengetahui apa makna Al-Qur’an? untuk itulah kewajiban kita terhadap Al-Qur’an adalah mengerti dan memahami arti dan maknanya.
Maka, seorang yang kian dekat dengan Al-Quran, sudah ‘auto-dekat’ dengan Arabic, Bahasa Al-Quran, alias Bahasa persatuan Ummat Islam.
Hak Al-Qur’an yang ketiga adalah dihafalkan.
Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata, “Bahwa ‘Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca dan hapalan Al-Quran mereka.
Setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana hafalan Al-Qur’an-nya.
Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah SAW, ‘Berapa banyak Al-Qur’an yang telah engkau hafal, hai fulan?’ ia menjawab, ‘aku telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al-Baqarah.’ Rasulullah SAW kembali bertanya, ‘Apakah engkau hafal surah Al-Baqarah?’ Ia menjawab, ‘Betul.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!’.” Hadits diriwayatkan oleh At Tirmizi.
Sngguh orang yang di dalam dadanya hafal Al-Qur’an, mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya, seperti sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Penghapal Al-Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Quran akan berkata, “Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia,” kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan), Al-Quran kembali meminta, “Wahai Tuhanku tambahkanlah,” maka orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Quran memohon lagi, “Wahai Tuhanku, ridhailah dia,” maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, “bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga),” dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nimat dan kebaikan’.”
Selanjutnya, Al-Qur’an mempunyai hak atas kita untuk diamalkan, bacaan yang bagus, pemahaman arti yang baik, dan hafalan yang banyak, tidak boleh lantas menjadikan kita bangga diri, karena bacaan, arti dan hafalan yang tidak disertai dengan pengamalan yang baik dan benar, laksana pohon rindang tanpa buah, tak banyak memberikan manfaat pada orang yang memilikinya.
“Selanjutnya, mengajarkan Al-Qur’an juga merupakan sebuah kewajiban kita terhadap Al-Qur’an yang harus kita laksanakan, ajarkan apa yang kita mampu, walaupun hanya satu ayat.”
Rajutlah tali ukhuwwah dan kencangkan kasih saying dengan orang-orang shaleh, yaitu orang yang berusaha menunaikan hak-hak Al-Quran. InsyaAllah akhlaqul qur’ani pun melekat dalam jiwa raga.
– خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ khairukum man ta’allama al-Qur-an wa ‘allamahu Artinya Yang lebih baik dari kalian adalah yang belajar al-Qur-an dan mengajarkannya.
Siapa pun dimana pun, tatkala berjumpa dengan kitabullah Al-Quran Al-Karim, maka wajib untuk memenuhi hak Al-Quran , yaitu dipelajari dan diajarkan terus-menerus.
Buah yang matang dan ranum, tidak akan dapat dirasakan manis dan nikmatnya jika hanya dibiarkan menggantung diketinggian pohonnya, untuk itu, buah itu harus kita petik dan kita sampaikan, agar orang lain bisa menikmati manis dan lezatnya buah yang kita hasilkan.
Mari belajar dan mengajar Al-Quran hingga ajal menjemput, kita mengisi tas perbekalan agar selamat di alam kubur sampai kampung akhirat, Waullahu a’lam bisshowab.
(#Catatan @bidadari_Azzam, #rangkuman #nasehat Ustadz Anggana di shelter KBRI-KL, 2019)
Salam Ukhuwah dari #temanalquran_quranloverfamily, edisi #lifeinKL ^_^