BERLIN – Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier menyerukan peningkatan rasa pengertian dan saling menghormati antar umat beragama setelah mengunjungi sebuah masjid di Kota Penzberg pada Senin kemarin, lansir kantor berita DPA.
“Ini benar, terutama pada saat polarisasi dalam masyarakat kita meningkat lagi, di mana kita juga mengalami banyak kebencian,” kata Steinmeier.
Berbicara kepada imam masjid Benjamin Idriz, dia mengatakan apa yang terjadi di Penzberg dan di masjid adalah persis apa yang dia inginkan untuk negaranya, yaitu keingintahuan satu sama lain dan saling menghormati seperti yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
“Dalam hal ini, ada sesuatu yang terjadi di sini yang benar-benar ingin kita miliki: bahwa tumbuh bersama orang-orang dari agama yang berbeda sama terhormatnya seperti yang kita alami di sini di Penzberg,” tambah Steinmeier.
Presiden juga memuji komitmen komunitas Islam di kota itu dan berterima kasih kepada warga Penzberg karena telah merangkul komunitas Islam dengan begitu banyak keterbukaan dan rasa hormat.
“Dalam hal ini, Penzberg bisa menjadi model bagi banyak komunitas, terutama di daerah perkotaan,” ujar Steinmeier.
Kunjungan Steinmeier itu diwarnai demonstrasi yang menuntut toleransi dan kosmopolitanisme.
Islamofobia tumbuh pesat di Jerman dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda kebencian partai-partai sayap kanan.
Polisi mencatat 813 kejahatan rasial terhadap Muslim tahun lalu, termasuk penghinaan verbal, surat ancaman dan serangan fisik.
Lebih dari 100 masjid dan institusi keagamaan diserang oleh ekstrimis sayap kanan pada 2018.
Sebagai negara berpenduduk lebih dari 83 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.
Dari hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, sekitar tiga juta di antaranya berasal dari Turki.[fq/anadolu]