Bismillah walhamdulillah… asholatu wassalamu ‘ala rosulillah…Para sahabat adalah generasi yang terdidik dengan Alquran. Allah azza wa jalla turunkan kitab-Nya yang mulia di masa mereka. Dan Rasul-Nya mendidik generasi mulia ini secara langsung. Menjelaskannya dalam perkataan dan perbuatan.
Di antara sahabat Nabi yang terdidik dengan bimbingan Alquran itu adalah Dzu Nurain, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Kedua telinga Utsman mendengar langsung ayat Alquran yang dilantunkan oleh sayyidul anbiya wal mursalin. Ayat-ayat tersebut meninggalkan kesan yang begitu dalam di hatinya. Terpraktikkan pada kepribadiannya. Menyucikan hatinya dan menahbiskan jiwanya. Kemudian mempengaruhi ruhnya. Jadilah ia manusia baru –karena memeluk Islam- dengan jiwa yang mulia. Tujuan hidup yang agung. Dan perangai yang istimewa.
Menjadikan Alquran Sebagai Sahabat
Dari Abi Abdurrahman as-Sulami, ia berkata, “Para pembaca Alquran –semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, dll- bercerita kepada kami bahwa mereka belajar dari Rasulullah . Mereka tidak menambahnya sampai memahami makna kandungannya dan mengamalkannya. Mereka berkata, ‘Kami mempelajari Alquran; memahaminya, sekaligus mempraktikkannya’. Oleh karena itu, para sahabat butuh beberapa waktu untuk menghafalkan satu surat. Semua itu karena Allah Ta’ala berfirman,
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29).”
Dari Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Alquran dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari).
Di antara murid-murid Utsman bin Affan yang paling terkenal adalah Abu Abdurrahman as-Sulami, al-Mughirah bin Abi Syihab, Abu al-Aswad, dan Wazir bin Hubaisy (Tarikh al-Islami oleh Imam adz-Dzahabi, 1: 467).
IBNU Athaillah pernah berkata, “Sebagaimana dunia memiliki para pencinta yang akan membantu siapapun yang berteman dengan mereka, akhirat juga memiliki para pecinta yang akan menolong siapapun yang mendekati dan berhubungan dengan mereka.
Jangan katakan, ‘Kami sudah mencari, tapi belum mendapat.’ Sebab, andai kau mencari dengan jujur, kau pasti akan mendapatkannya. Penyebab kau tidak mendapatkannya adalah karena kau tidak siap. Pengantin wanita tidak boleh diperlihatkan kepada orang fasik. Seandainya pengantin wanita ingin dilihat olehnya, tentu ia akan lari. Kalau kau meninggalkan orang fasik, tentu kau akan melihat para wali. Jumlah wali cukup banyak. Julah dan pertolongan mereka tidak berkurang. Seandainya salah seorang dari mereka berkurang, tentu cahaya kenabian pun berkurang.”
Seorang penyair bertutur:
Di tengah-tengah manusia engkau diukur
Dengan orang yang engkau jadikan teman
Maka, bertemanlah dengan orang-orang pilihan
Tentu engkau akan mendapatkan penghormatan
Secara fitrah, manusia adalah makhluk sosial. Ia harus bergaul dan menjalin hubuungan sesama manusia. Agar mendapatkan kebaikan, seorang muslim harus menjalin hubungan dengan orang-orang pilihan. Allah SWT memilihkan untuk Nabi SAW pun sahabat yang menolong dan mencintainya.
Rasulullah pun memilih dengan para sahabat dan meninggalkan para pencinta dunia yang berasal dari golongan bangsawan. Berkaitan dengan hal tersebut, Allah SWT berfirman,
“Bersabarlah bersama orang-orang yang menyeru Tuhan di waktu pagi dan petang dengan mengharap ridhaNya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini.” (QS. Al-Kahfi : 28)
Nabi SAW bersabda mendorong kita untuk berteman dengan orang pilihan, “Janganlah berteman kecuali dengan orang mukmin. Dan janganlah ada yang memakan makananmu kecuali orang bertakwa.” (HR. At-Tirmidzi)
Maka dari itu, marilah kita berteman dengan orang-orang pilihan yang lebih mencintai langit dibandingkan bumi, yang lebih mencintai akhirat dibandingkan dunia nan fana. Waullohu a’lam.